Pengertian dan Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna
bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari
organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan
karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Adapun pengertian budaya organisasi menurut
beberapa ahli, yaitu:
a. Menurut
Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Orborn (2001), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh
organisasi di mana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b. Menurut
Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan
pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian
organisasi.
c. Menurut
Robbins (1992), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah
yang dihadapi.
d. Menurut
Cushway dan Lodge (2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan
memahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah
karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu
sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif. Kebiasaan,
tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan
sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal
ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi yaitu para
pendirinya.
Secara tradisional, pendiri
organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut.
Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi
sebelumnya. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau
ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru
lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota
organisasi. Proses penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri
hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan
mereka. Kedua, pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong
karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi
keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai
kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Dititik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat
dalam budaya organisasi.
Budaya organisasi memiliki sejumlah fungsi peran
antara lain:
a. Batas
Budaya organisasi berperan sebagai penentu
batas-batas yang artinya, budaya menciptakan
perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi
dengan organisasi lainnya.
b. Identitas
Budaya organisasi berperan menjadi identitas yang
membedakan atau yang membuat unik tidak
hanya bagi organisasi namun juga bagi para
anggotanya.
c. Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap
sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.
d. Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial
karena budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan
cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan
karyawan.
e. Pembentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang
masuk akal (sense-making) serta kendali yang
menuntun dan membentuk sikap dan perilaku
karyawan.
Tipologi Budaya Organisasi
Ada beberapa tipologi budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998)
mengkategorisasi jenis
budaya organisasi menjadi tiga yaitu:
a. Budaya Kuat dan Lemah
Organisasi yang berbudaya kuat
biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya tertentu.
Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama itu
dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius mendorong para
manajer untuk mengikutinya.
Karena akar-akarnya sudah
mendalam, gaya dan nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah
walaupun ada pergantian pimpinan. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah,
nilai-nilai yang dianut tidak begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak
begitu menonjol dan kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap
pergantian pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
b. Budaya Strategik
Jenis budaya yang cocok secara
strategik memiliki perspektif yang menegaskan tidak ada resep umum untuk menyatakan seperti apa hakikat budaya
yang baik itu, hanya apabila “cocok” dengan konteksnya. Konteks itu dapat
berupa kondisi objektif dari organisasinya, segmen usahanya yang dispesifikasi
oleh strategi organisasi atau strategi bisnisnya sendiri. Konsep kecocokan
sangat bermanfaat khususnya dalam menjelaskan perbedaanperbedaan kinerja jangka
pendek dan menengah.
Inti konsepnya mengatakan bahwa
suatu budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh karena itu, beberapa
variasi dibutuhkan untuk mencocokan tuntutan-tuntutan spesifik dari
bisnis-bisnis yang berbeda itu.
c. Budaya Adaptif
Budaya adaptif didasari
pemikiran bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan dinamis yang dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk dapat meraih sukses dalam
lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus tanggap terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dapat membaca
kecenderungan-kecenderungan penting dan melakukan penyesuaian secara cepat.
Budaya organisasi adaptif memungkinkan organisasi mampu menghadapi setiap
perubahan yang terjadi tanpa harus berbenturan dengan perubahan itu sendiri.
Kreativitas Individu dan Tim Proses Inovasi
Kreativitas dengan inovasi itu
berbeda. Kreativitas merupakan pikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Hubungan keduanya jelas.
Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan kata lain,
kreativitas bisa merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel
tak bebas. Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi strategi,
taktik, dan eksekusi.
Dalam pitching konsultasi
atau agensi, sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang
disodorkan agensi bagus, tetapi strategi itu tak berdampak pada perusahaan
karena berhenti di tingkat eksekusi. Mengapa? Sebab, strategi bisa ditentukan
oleh seseorang, tetapi eksekusinya harus melibatkan banyak orang, mulai dari
atasan hingga bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan antar karyawan, beda
persepsi hingga ke sikap penentangan.
Itu sebabnya, tak ada
perusahaan yang mampu berinovasi secara konsisten tanpa dukungan karyawan yang
bisa memenuhi tuntutan persaingan. Hasil pengamatan menunjukkan, perusahaan- perusahaan
inovator sangat memperhatikan masalah pelatihan karyawan, pemberdayaan, dan
juga sistem reward untuk membuat daya pegas inovasi.
Benih-benih inovasi akan tumbuh baik pada perusahaan-perusahaan yang selalu
menstimulasi karyawan, dan mendorong ke arah ide-ide bagus. Melalui program
pelatihan, sistem reward, dan komunikasi, perusahaan terus berusaha
untuk mendemokratisasikan inovasi.
Reference :
0 comment:
Post a Comment